Selasa, 02 Agustus 2011

Puisi

Kebekuan Hati

Adakah
Sebuah jawaban menggantung di awan
Menyibak misteri
Kebekuan hati

Gemerisik dedaunan
Bergesekan mengundang
Butiran hujan
Tak mampu melunakkan

Bahkan tetes-tetes air hujan
Mengguyur badan
Tiada bekas aliran

Pancaran sinar mata hati
Kunanti
Bersama munculnya mentari
Melelehkan segala kebekuan
Yang menghinggap diri


Tiga Kalender

Bak terguyur air
Debu di atas bongkah batu

Sirna

Tanpa rasa
Jujur
Telah tergadai
Dusta

Tiga kalender
Telah berganti
Namun angka-angka
Berderet sama


Semu

Keringat bercucur
Lewat pori
Kesal bermuncul
Di setiap sendi

Onak keruh
Dalam otak
Gemuruh
Laksana perkusi
Pukul tanpa irama

Arah menelusur
Tanpa jalur

Bercabang

Tanpa titik pemberhentian

Semu!


Ikrar Suci

“Pantaskah aku menjadi Tuhanmu?”
Tanya suci atas ruh

“Iya sungguh pantas Engkau menjadi Tuhaku,”
Jawab ikrar kekal para ruh

Setiap hati yang lahir
Adalah suci
Pengakuan atas kebesaran ilahi
Adalah bukti

Pada setiap kertas
Adalah tangan manusia
Menggores

Baik dan buruk
Pilihan yang harus diterima

Kehendak yang tiada dapat dicegah
Baik harus diterima
Buruk datang juga dariNya

Tiada pantas
menepuk dada
Tiada pantas
Mengelus dada

Rindu

Gigil tubuh terhempas angin
Percikan lembut hujan
Sirna ketika cahaya dirimu
Memancar sinar

Rindu berbaur resah
Terobati oleh kata-kata syahdu
Menghibur penat
Selama matahari berputar
Menatap bumi

Jiwa segar terasa
Hingga batin membuncah
Terbang jelajah alam

Oh, indah memang
Dunia dengan mekar bunga
Kicau burung
Mekar bunga menebar
Arum kehidupan nyata


Bintang Enggan Bercumbu Lagi

Hening sunyi diterkam cakar malam
Mendekap rembulan dalam selimut kelam
Bintang bermuram
Enggan bercumbu
Diam membisu
Membatu hinggapi kalbu

Sepi membalut diri
Jauh tawa dan canda
Terbui dalam lingkaran
Waktu

Mengekang

Riuh gurau
Gelak tawa
Diam
Sunyi
mencekam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar