Kebekuan Hati
Adakah
Sebuah jawaban menggantung di awan
Menyibak misteri
Kebekuan hati
Gemerisik dedaunan
Bergesekan mengundang
Butiran hujan
Tak mampu melunakkan
Bahkan tetes-tetes air hujan
Mengguyur badan
Tiada bekas aliran
Pancaran sinar mata hati
Kunanti
Bersama munculnya mentari
Melelehkan segala kebekuan
Yang menghinggap diri
Tiga Kalender
Bak terguyur air
Debu di atas bongkah batu
Sirna
Tanpa rasa
Jujur
Telah tergadai
Dusta
Tiga kalender
Telah berganti
Namun angka-angka
Berderet sama
Semu
Keringat bercucur
Lewat pori
Kesal bermuncul
Di setiap sendi
Onak keruh
Dalam otak
Gemuruh
Laksana perkusi
Pukul tanpa irama
Arah menelusur
Tanpa jalur
Bercabang
Tanpa titik pemberhentian
Semu!
Ikrar Suci
“Pantaskah aku menjadi Tuhanmu?”
Tanya suci atas ruh
“Iya sungguh pantas Engkau menjadi Tuhaku,”
Jawab ikrar kekal para ruh
Setiap hati yang lahir
Adalah suci
Pengakuan atas kebesaran ilahi
Adalah bukti
Pada setiap kertas
Adalah tangan manusia
Menggores
Baik dan buruk
Pilihan yang harus diterima
Kehendak yang tiada dapat dicegah
Baik harus diterima
Buruk datang juga dariNya
Tiada pantas
menepuk dada
Tiada pantas
Mengelus dada
Rindu
Gigil tubuh terhempas angin
Percikan lembut hujan
Sirna ketika cahaya dirimu
Memancar sinar
Rindu berbaur resah
Terobati oleh kata-kata syahdu
Menghibur penat
Selama matahari berputar
Menatap bumi
Jiwa segar terasa
Hingga batin membuncah
Terbang jelajah alam
Oh, indah memang
Dunia dengan mekar bunga
Kicau burung
Mekar bunga menebar
Arum kehidupan nyata
Bintang Enggan Bercumbu Lagi
Hening sunyi diterkam cakar malam
Mendekap rembulan dalam selimut kelam
Bintang bermuram
Enggan bercumbu
Diam membisu
Membatu hinggapi kalbu
Sepi membalut diri
Jauh tawa dan canda
Terbui dalam lingkaran
Waktu
Mengekang
Riuh gurau
Gelak tawa
Diam
Sunyi
mencekam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar